Pendahuluan
Gusjigang merupakan sebuah akronim dari bagus, ngaji dan dagang \cite{Said2013a}. Gusjigang adalah sebuah filosofi yang diajarkan oleh Sunan Kudus. Filosofi ini begitu lekat dengan masyarakat Kudus karena Gusjigang dianggap sebagai perwujudan karakter masyarakat Kudus. Selama ini masyarakat Kudus dikenal sebagai seseorang yang bagus dalam penampilan, mempunyai jiwa entrepreneur, baik perilakunya dan mempunyai pemahaman agama yang luas. Lebih jauh \citet{Said2013a} menjelaskan bahwa gusjigang dapat melahirkan core value yang berpotensi untuk dikembangkan menjadi basis nilai untuk pembangunan dari perspektif ekonomi, politik, seni, budaya maupun pendidikan.
Berangkat dari penjelasan di atas gagasan untuk mengintegrasikan
nilai-nilai bagus, ngaji dan dagang dalam proses pembelajaran menjadi
satu hal yang sangat penting ditengah gencarnya kampanye tentang
pendidikan berkarakter. Sejatinya pendidikan tidak hanya berperan untuk
menghasilkan manusia-manusia yang mempunyai kemampuan dan keterampilan
khusus, memiliki kecerdasan, serta memiliki daya saing atau biasa
disebut dengan hard skill. Sistem pendidikan dihadapkan pada
tantangan untuk menciptakan lulusan yang mempunyai kompetensi dan
pengetahuan untuk menunjang kebutuhan pekerjaan \citep{Rongraung2014}. Karena itu diperlukan sebuah terobosan baru dalam
pembelajaran untuk menciptakan lulusan yang tidak hanya memiliki
keterampilan dan kecerdasan saja, tetapi juga memiliki kemampuan
personal dan interpersonal yang ada dalam diri manusia. Hal ini
dikarenakan, kemampuan yang berhubungan dengan hard skill dapat
dipelajari dan diajarkan secara spesifik kepada siapapun \citep{Junrat2014}.
Proses pembelajaran seharusnya tidak hanya ditekankan pada aspek
hard skill saja, tetapi juga harus menyentuh aspek soft
skill. Seperti yang diungkapkan oleh \citet{Schulz2008} dalam
penelitiannya yang menyebutkan bahwa soft skill memegang peranan
penting dalam pembentukan kepribadian seseorang. Artinya soft
skill menjadi penyeimbang bagi seseorang untuk menjadi
individu-individu yang tidak hanya berkompeten dalam bidang tertentu,
tetapi juga mempunyai watak dan karakter yang baik. Soft skill sangat
bermanfaat untuk pengembangan karir dan etika dalam bekerja \citep{Attakorn2014}.
Selama ini kajian tentang gusjigang hanya pada ranah entrepreneurship dan spiritualitasnya saja, seperti penelitian yang dilakukan oleh \citet{Said2014} yang menjelaskan bahwa gusjigang dapat menjadi spiritual entrepreneurship bagi sebagian masyarakat di Kabupaten Kudus provinsi Jawa Tengah Indonesia. Selain itu \citet*{Mustaqim2015} dalam penelitiannya menyatakan bahwa gusjigang mempunyai peranan dalam hal spiritualitas dalam menghadapi ekonomi global. Sementara itu, kajian-kajian yang berhubungan dengan soft skill seperti yang dilakukan oleh \citet{ChamorroPremuzic2010} menyatakan bahwa soft skill sangatlah penting, karena menjadi pembeda bagi individu serta peningkatan performa akademik di perguruan tinggi. Tidak hanya penting bagi lulusan perguruan tinggi, soft skill juga sangat penting bagi seorang yang bekerja sebagai hospitality untuk menunjukkan keramahan dan pelayanan yang bagus \citep*{Sisson2013}. Soft skill juga sangat dibutuhkan bagi seorang pengajar \citep{Attakorn2014} ataupun staff perpustakaan \citep{Junrat2014}. Dari beberapa penelitian di atas diharapkan dapat dilakukan satu kajian baru tentang relevansi gusjigang sebagai kearifan lokal masyarakat Kabupaten Kudus dengan elemen soft skill serta bagaimana konsep pengintegrasiannya dalam materi pembelajaran.
Artikel ini bertujuan untuk mengetahui relevansi gusjigang dengan
nilai-nilai soft skill serta untuk mengetahui bagaimanakah integrasi
gusjigang dalam proses belajar dan pembelajaran. Artikel ini sangat
penting bagi perkembangan dan kemajuan belajar dan pembelajaran karena
bertujuan untuk memberikan informasi dan wawasan yang baru bagi pengajar
bahwa gusjigang dapat dikembangkan dan diintegrasikan menjadi bagian
dari pembelajaran soft skill. Diharapkan di masa depan dapat
dikembangkan materi-materi pembelajaran lainnya berdasarkan kearifan
lokal tiap-tiap daerah di Indonesia. Pada akhirnya para guru dan tenaga
pengajar dapat mengintegrasikan nilai-nilai gusjigang sebagai bagian
dari soft skill untuk melahirkan individu yang berkompeten dan
memiliki kemampuan intra dan interpersonal yang baik.